Prinsip Pengendalian Potensi Bahaya - WLTC
Headlines News :
Home » » Prinsip Pengendalian Potensi Bahaya

Prinsip Pengendalian Potensi Bahaya

oleh: 

Muhammad Wahid Muslim, SKM

Dalam upaya pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu adanya pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu melalui tahapan sebagai berikut :
1.     Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun resiko yang mungkin timbul (Hazards Identification).
2.     Penilaian tingkat resiko yang mungkin timbul (Risks Assessment).
3.     Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat dengan menggunakan metode hirarki pengendalian (Risks Control).
4.     Penunjukan atau penugasan kepada siapa yang akan diberi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian.
5.     Tinjauan ulang untuk mengukur efektifitas penerapan sarana pengendalian yang telah diterapkan (Review of Control).

Secara prinsip, potensi bahaya dapat dikendalikan melalui 2 (dua) metode yaitu sarana pengendalian permanen atau pengendalian jangka panjang (Long Term  Gain) dan sarana pengendalian sementara atau pengendalian jangka pendek (Short Term Gain). Sarana pengendalian tersebut dapat menggunakan skala prioritas sebagai sebuah sistem, seperti dibawah ini :






            Daftar skala prioritas pengendalian seperti tersebut diatas, harus selalu dipertimbangkan dan diterapkan secara berurutan, untuk meniadakan atau mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi. Pada sebagian besar operasi di tempat kerja, suatu kombinasi sistem pengendalian harus diambil dan digunakan. Penerapan yang tepat mengenai skala prioritas pengendalian, mensyaratkan bahwa pengendalian jangka pendek sebaiknya tidak dipertimbangkan terlebih dulu sampai seluruh upaya untuk mengimplementasikan pengendalian jangka panjang menemui kesulitan. Namun demikian pada kenyataanya, sarana pengendalian yang dipilih dan diterapkan dapat mengalami kegagalan. Untuk itu seorang ahli keselamatan kerja harus selalu menyadari hal tersebut dan kemungkinan kegagalan tersebut harus selalu dipertimbangkan pada saat merekomendasikan pemilihan dan pemakaian sarana pengendalian.  

OPSI PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA DALAM KESELAMATAN SISTEM KERJA.

Opsi 1  :  Eliminasi atau Meniadakan Potensi Bahaya

Sistem pengendalian ini merupakan program pengendalian potensi bahaya yang utama untuk pengendalian jangka panjang dan bersifata permanen. Pengendalian ini merupakan pengendalian dengan metode menghilangkan atau meniadakan potensi bahaya pada sumbernya.
Sebagai contoh : eliminasi atau meniadakan potensi bahaya di tempat kerja dengan tidak menggunakan bahan-bahan beracun jika bahan-bahan yang lebih aman tersedia; mengerjakan tugas-tugas mengangkat beban yang berat dengan menggunakan alat Bantu mekanik atau hidrolik; memasang sarana pembersih tangki otomatis akan lebih aman dan ringan dari pada operator harus memasuki ruang tertutup; dll.

Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Rekayasa teknik dan desain didasarkan pada pertimbangan biaya jangka pendek dari pada pertimbangan pencegahan kecelakaan untuk jangka panjang;
Ø  Peralatan dimodifikasi selama masa pakai (life cycle) dan potensi bahaya baru akan muncul lagi;
Ø  Pada saat proses kerja dimodifikasi dan potensi bahaya baru juga muncul, dll.

Opsi 2  :  Mengurangi Potensi Bahaya pada Sumbernya.
Mengurangi potensi bahaya pada sumbernya termasuk meminimalkan jumlah pelepasan energi yang tidak terkendali.
Sebagai contoh : menggunakan peralatan kerja dengan voltase rendah dan sarana pertanahan yang memadai; mendesain peralatan kerja tangan yang tidak menyebabkan cedera dengan ujungnya tidak kasar dan mudah digunakan; memasang sebuah alat mekanisasi untuk kegagalan proses operasi; dll.

Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Penilaian potensi bahaya tidak dipertimbangkan pada tahap desain;
Ø  Modifikasi merupakan hal yang sangat mahal setelah instalasi;
Ø  Ketidaktersediaan data statistik untuk operasi awal penilaian potensi bahaya;
Ø  Penilaian potensi bahaya tidak dilakukan; dll.


Opsi 3  :  Menutup Sumber Bahaya

Menutup sumber bahaya merupakan cara untuk mencegah pelepasan energi yang tidak terkendali dari sumbernya, sehingga cidera atau kerusakan tidak terjadi.
Sebagai contoh : Menutup rapat gas agar tetap aman di dalam silinder; memberi penutup tahan panas pada pipa panas; mengisolasi kabel listrik agar tidak terbuka; memasang alat pengaman mesin; menyediakan gudang khusus untuk bahan-bahan mudah terbakar, dll.

Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Energi pada kontainer terbuka;
Ø  Seseorang dapat menjangkau kontainer;
Ø  Sumber energi melebihi kapasitas kontainer;
Ø  Sumber energi dimasukan pada kontainer yang salah; dll.

Opsi 4  :  Memindahkan Tenaga Kerja dari Sumber Bahaya

Pengendalian potensi bahaya ini sangat tergantung pada pemindahan tenaga kerja dari sumber bahaya.
Sebagai contoh :  operator harus dipindahkan pada tempat yang aman selama proses peledakan pada operasi peledakan di pertambangan; suatu garis keliling daerah aman harus diberitahukan secara jelas di sekitar fasilitas tegangan tinggi; dll.

Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Seseorang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka memasuki daerah berbahaya;
Ø  Pengendali keamanan mungkin sedang rusak;
Ø  Alat komunikasi mengenai waktu-waktu berbahaya mungkin rusak;
Ø  Peringatan tanda berbahaya mungkin tidak tersedia; dll.

Opsi 5  :  Mengurangi Pemaparan Tenaga Kerja dari Sumber Bahaya

Sarana pengendalian ini didesain untuk meminimalkan waktu bagi tenaga kerja terpapar potensi bahaya atau mengurangi jumlah potensi bahaya yang memapari tenaga kerja.
Sebagai contoh : Seseorang bekerja pada tempat dengan intensitas kebisingan yang tinggi perlu dijadwalkan agar mereka berada pada tempat tersebut untuk waktu yang tidak lama (sesuai standar batas pemaparan); tenaga kerja yang bekerja di luar ruangan dihindarkan terpapar sinar matahari di tengah hari sdecara langsung; dll.

Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Pengawasan tidak berfungsi dengan baik;
Ø  Prosedur kerja diabaikan;
Ø  Catatan pemaparan terhadap sumber bahaya tidak dirawat dengan baik; dll.

Opsi 6  :  Penggunaan Alat Pelindung Diri

Seluruh alat pelindung diri didesain untuk memisahkan atau memberi penghalang antara tubuh manusia dengan potensi sumber energi yang membahayakan.
Sebagai contoh : sumbat/tutup telinga merupakan perlindungan terhadap energi suara; alat pelindung pernafasan merupakan perlindungan terhadap energi kimia; gloves merupakan alat pelindung terhadap pelepasa energi panas; dll.


Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya :
Ø  Jenis dan ukuran alat pelindung diri tidak tepat;
Ø  Alat pelindung diri tidak digunakan atau digunakan dengan tidak benar;
Ø  Tenaga kerja merasa tidak nyaman menggunakan;
Ø  Alat pelindung diri rusak dan belum ada gantinya.

Muhammad Wahid Muslim was graduated from Health Safety and Environment (HSE) at State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta in year 2012. He is also interested in Web-Design, Photography, Computer Security, Publich Health, and Islamic Values. This site was built by him for "Communicative, Informative, Educative, Attractive" educational only.

Visit My Site | Follow On Twitter | Find In Facebook

Share this article :
Untuk menggunakan emoticon, tulis kode disamping gambar saat berkomentar
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :n: :o: :p: :p: :p:
2 Comments
Tweets
Fb Comments

2 comments :

  1. halo mas...

    Boleh juga nih...

    kebetulan saya juga di safety...

    boleh share-share informasi juga nih ke saya untuk ilmu K3 nya...

    makasi..

    - gatot - gatot_r@rocketmail.com

    ReplyDelete
  2. kak ini sumbernya darimanaa yaaaa.. makasihh sangat membantuuu..

    ReplyDelete

 

Join us on Facebook

Please wait..10 Seconds Cancel
Support : | |

WLTC