Apa dan Bagaimana Kebisingan itu? - WLTC
Headlines News :
Home » » Apa dan Bagaimana Kebisingan itu?

Apa dan Bagaimana Kebisingan itu?


      2.1.  Defenisi Kebisingan
Kebisingan merupakan "suara yang tak dikehendaki” yang dapat mengganggu tidur serta aktivitas lain, dapat mengakibatkan efek pada Kesehatan terutama pada pendengaran bahkan bisa mengakibatkan kehilangan pendengaran.
Selain definisi tersebut, terdapat beberapa pengertian kebisingan, antara lain:
  1. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.KEP-51/MEN/1999 menyebutkan bahwa kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang berada pada titik tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
  2. Suma’mur (1995) menyatakan bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis dan jika bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka bunyi dinyatakan sebagai kebisingan.
  3. Zaeni Budiono (1994) menyatakan kebisingan sebagai semua bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari, dianggap bising. Walaupun banyak pakar mendefinisikan tentang bising, tetapi secara umum bising didefinisikan sebagai tiap bunyi yang tidak diinginkan oleh penerimanya.
  4. Subagio (1992) dalam Sukar menyatakan kebisingan merupakan salah satu polutan yang sering mendapat protes dan pada umumnya merupakan hasil samping pemanfaatan teknologi.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.718/MENKES/PER/XI/1987 tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan bahwa kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki dehingga mengganggu dan membahayakan kesehatan.


2.2 Sumber – Sumber Kebisingan
Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu:
  1. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
  2. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.

Dari kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat bising yang sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik atau produksi. Tingkat bunyi sumber-sumber bising tertentu, yang diukur dengan meter tingkat bunyi. Berikut ini adalah tingkat bising rata-rata yang biasa:

Sumber Bising
Tingkat Bising (dB)
  1. Rumah tenang pada umumnya
  2. Jalan pemukiman yang tenang
  3. Mobil penumpang di lalulintas
  4. Mobil penumpang di jalan raya
  5. Lalu lintas kota pada jam sibuk
42
48
70
76
90

2.3 Jenis-Jenis Kebisingan
Kebisingan menurut Suma’mur (1995) dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
  1. Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang luas (Steady state, wide band noise), misaknya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
  2. Kebisingan kontinu dengan spectrum frekuensi sempit (steady state, narrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
  3. Kebisingan terputus-putus (intermitten), misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan udara.
  4. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, ledakan, dan lain-lain.
Kebisingan impulsive  berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan.

2.4 Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kebisingan
Beberapa factor yang berkaitan dengan kebisingan (nasri, 1997),  yaitu :
1.  Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah satuan getaran yang dihasilkan dalam satuan waktu (detik), dengan satuan hertz (Hz). Frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia mulai dari 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz.
2.  Intensitas suara
Intensitas suara didefinisikan sebagau energi suara rata-rata yang ditransmisikan melalui gelombang suara menujuarah perambatan dalam media (udara, air, benda,dan sebagainya).
3.  Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.
4.  Kecepatan suara
Kecepatan suara adalah satuan kecepatan perpindahan perambatan udara per satuan    waktu.
5.  Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh perambatan suara untuk satu siklus.
6.  Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu siklus amplitude dengan satuan detik.
7.  Oktave band
Oktave band merupakan kelompok-kelompok frekuensi tertentu dari suara yang dapat didengar dengan baik oleh manusia.
8.  Frekuensi bandwidth
                 Frekuensi bandwidth dipergunakan untuk pengukuran suara industri.
9.  Puretone
Puretone adalah gelombang suara yang terdiri hanya dari satu jenis amplitudo dan satu jenis frekuensi
           10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap suara pada amplitudo tertentu. Satuannya adalah phon, 1phon setara dengan 4 dB pada frekuensi 1000 Hz. 
           11. Kekuatan suara
Kekuatan suara adalah satuan dari total energi yang dipancarkan oleh suara per satuan waktu. 
          12. Tekanan suara  
                 Tekanan suara adalah satuan daya tekan suara per satuan luas. 

2.5 Tingkat Kebisingan
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005  Tentang  Pengendalian Pencemaran Udara, Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat Db.
Menurut Keputusan Menteri negara lingkungan hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku tingkat kebisingan, Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB;



Tabel 1.1 KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku tingkat kebisingan

2.5    Baku Mutu Tingkat Kebisingan
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005  Tentang  Pengendalian Pencemaran Udara, Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku tingkat kebisingan baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996
Tanggal: 25 Nopember 1996
 
2.7 Alat pengukur dan metode pengukuran
       Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130 dB dengan frekuensi antara 20-20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya diatur amplifer. Atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi ini, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu koreksi tergantung dari barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi (125 dB) lebih disenangi, olah karena alat itu mungkin dipakai mengukur intensitas tinggi.
      Skala pengukurannya yaitu :
1.      Skala pengkuran A yaitu untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuansi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah (35-135 dB)
2.      Skala pengukuran B yaitu memperlihatkan kepekaan telinga untuk bunyi dengan intensitas sedang (40-135 dB)
3.      Skala pengukuran C yaitu untuk mengukur bunyi dengan intensitas tinggi (45-135 dB)
Tiga metode pengukuran kebisingan :
1.    Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga digunakan untuk mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh peralatan sederhana, misal kompresor dan generator.
2.    Pengukruan dengan Peta Kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam mengukur kebisingan karena dapat memberikan gambaran tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area.
3.    Pengukuran dengan Grid 
     Teknik pengukuran dengan grid adalah dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang diinginkan. Titik-titik sampling harus dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Setelah titik sampling diplot dalam peta, maka isobel kebisingan dapat digambarkan dengan menghubungkan titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama. 

2.8 Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan

Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisik, waktu berlangsung dan waktu kejadian (Depdikbud, 1999). Menurut Depdikbud, (1999), ada beberapa gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan diantaranya :
1.    Gangguan Pendengaran
 Pendengaran manusia merupakan salah satu indera yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespon seuara pada kisaran 0-140 dB tanpa menimbulkan rasa sakit.
Sensitifitas pendengara pada manusia yang dikaitkan dengan suara paling lemah yang masih ddapat didengar disebut ambang pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat didengar tanpa menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit. Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan penurunan sensitifitas yang berlangsung secara terus-menerus. Tindak pencegahan terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan kriteria yang berhubungan dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang diterima. 
Lebarnya interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima oleh telinga manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan yang peka suara dan jika dipetakan pada suatu grafik frekuensi versus arah tekanan suara akan memperlihatkan adanya auditory sensation area. Kawasan tersebut dibagian atas dibatasi oleh ambang pendengaran yaitu suatu arah tekanan suara maksimal yang masih bisa direspon oleh pendengaran tanpa merusaknya, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh ambang pendengaran minimum yaitu arah tekanan minimal yang dibutuhkan untuk merangsang pendengaran 
          2. Gangguan Kesehatan
Kebisingan berpoensi untuk mengganggu kesehatan manusia apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu perioda yang lama dan terus-menerus. Aras suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jik ahanya terpapar satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan, tetapi apabila berlangsung setiap hari, maka suatu saat akan melewati suatu batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan hilangnya pendengaran seseorang (tuli). 
       Untuk beberapa kasus paparan kebisingan, dampaknya terhadap kesehatan lebih banyak bersifat individual dan tidak bisa dipukul rata untuk sekelompok populasi manusia sehingga dalam hal ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk menentukan risiko dampak kebisingan terahdap sekelompok populasi manusia. Fungsi ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko dampak kebisingan terhadap ketulian populasi. Selain gangguan terhadap sistem pendengaran, dan usia anggota berpengaruh atau dapat menimbulkan gangguan terhadap mental, emosional, serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah, an menjadi lebih peka atau mudah tersinggung, melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah. 



2.9 Pengendalian
Kebisingan dapat dikendalikan dengan :
1.    Menepatkan peredam pada sumber getaran.
Hal terakhir ini sangat tergantung pada permintaan para usahawan sebagai pembeli mesin-mesin kepada pabrik pembuatannya dengan menunjukan persyratan kebisingan dari mesin sebelumnya. Bukan saja tingkat bahaya yang diperhatikan, tetapi juga intensitas yang dapat diterima sebagai tidak menganggu daya kerja.
Hal ini sangat mahal dan kurang efektif, maka dari itu perencanaan sejak semula adalah paling utama.
2.    Penempatan penghalang pada jalan transmisi
Isolasi tenaga kerja atau mesin adalah usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan. Untuk ini  perencanaan harus sempurna dan baha – bahan yang dipakai harus mampu menyerap suara. Bahan – bahan penutup harus dibuat cukup berat dan lapisan dalam terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih hebat.
3.    Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga
Tutup telinga biasanya lebih efektif dari penyumbat telinga. Alat demikian harus diseleksi, sehingga dipilih yang tepat. Alat – alat ini mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 – 25 dB. Harus diusahakan perbaikan komunikasi, sebagai akibat pemakaian alat – alat ini. Problematik utama pemakaian alat proteksi pendengaran adalah mendidik tenaga kerja agar kontinue mengunakannya.
Setiap sumbat telinga selalu menyebabkan pemakainya merasa adanya suatu benda asing dalam telinganya. Perasaan demikian akan tetap ada, walaupun sekarang dapat diusahakan sumbat telinga yang halus dan tidak begitu terasa. Maka dari itu sumbat telinga baru dipakai, apabila hal itu benar-benar diperlukan, yaitu adanya kebisingan lebih dari 100 dB (A)
 


Muhammad Wahid Muslim was graduated from Health Safety and Environment (HSE) at State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta in year 2012. He is also interested in Web-Design, Photography, Computer Security, Publich Health, and Islamic Values. This site was built by him for "Communicative, Informative, Educative, Attractive" educational only.

Visit My Site | Follow On Twitter | Find In Facebook

Share this article :
Untuk menggunakan emoticon, tulis kode disamping gambar saat berkomentar
:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :n: :o: :p: :p: :p:
5 Comments
Tweets
Fb Comments

5 comments :

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. gan, boleh tau, apakah ada suatu buku dan juga regulasi yang mengatur tingkat kebisingan selain dari yang sudah di jelaskan diatas? thanks

    ReplyDelete

 

Join us on Facebook

Please wait..10 Seconds Cancel
Support : | |

WLTC